MENUJU MUSEUM PABRIK GULA IDAMAN

Posted by Sofi 1.31.2013 0 comments
Mengintip House of Sampoerna
Awal tahun 2010, saya berkesempatan mengunjungi House of Sampoerna yang menjadi destinasi field trip dari salah satu Konferensi Internasional yang saya ikuti. Bersama peserta lainnya termasuk para bule dari beberapa negara, kami mengeksplorasi salah satu peninggalan keluarga Sampoerna yang bersejarah itu. Saat ini museum itu menjadi salah satu icon Kota Surabaya yang ‘wajib’ dikunjungi oleh para wisatawan baik domestik maupun mancanegara jika sedang berkunjung ke Kota Pahlawan.

Dari berbagai pajangan benda-benda artefak yang ada, didukung dengan desain interior dan spot light yang ditata dengan detail menyebabkan kami dan pengunjung lainnya betah untuk mengamati dan menelaah satu persatu, ikut larut dalam perjalanan panjang dari waktu ke waktu dari pabrik rokok yang kesohor itu. Selain itu pengunjung juga diberi suguhan istimewa yakni bisa melihat secara langsung para pekerja pabrik rokok yang sedang bekerja dengan metode tradisional dalam balutan busana kerja yang seragam.
Kesan bersih, mewah, elegan, cozy dan homey bercampur jadi satu. Nuansa tradisional pada berbagai benda kuno yang dipamerkan serta penataan interior modern berpadu dengan sangat apik.

Kentara sekali, pihak pengelola House of Sampoerna memperlakukan museum ini dengan penuh kesungguhan. Setiap detail diperhatikan. Karena memang barang-barang peninggalam itu istimewa. Seistimewa cerita panjang yang menyertainya sehingga pabrik rokok sampoerna menjadi pabrik rokok terbesar di Indonesia saat ini.

House of Sampoerna adalah salah satu contoh dari museum yang diperlakukan dengan sangat baik. Karena diperlakukan dengan istimewa, maka tidak heran jika apresiasi yang muncul atas keberadaannya juga bersifat istimewa. Tempat wisata sejarah ini bisa menjadi salah satu referensi yang bagus untuk mengembangkan Museum Pabrik Gula. Mengapa House of Sampoerna yang dijadikan benchmark? Hal ini karena antara pabrik rokok dan pabrik gula memiliki kedekatan dalam beberapa hal:
1. Kedua industri ini memproduksi item barang yang banyak dikonsumsi masyarakat. Antara gula dan rokok erat kaitannya. Kebanyakan para perokok suka minum kopi yang notabene untuk membuatnya perlu ketersediaan gula.
2. Kedua usaha ini sudah berdiri sejak lama. Sejak jaman penjajahan abad 19, usaha ini sudah bermunculan. Meski pabrik gula ada yang dijalankan oleh negara dan ada pabrik gula partikulir, sedangkan pabrik rokok hanya dijalankan oleh pihak swasta, tapi keduanya memiliki kisah perjalanan yang panjang dan sangat pantas untuk diabadikan.

Potensi Tersembunyi Museum Pabrik Gula
Keberadaan pabrik gula sampai saat ini terbilang lekat dan dekat dengan kehidupan masyarakat. Eksistensinya membuat kehidupan masyarakat terasa ‘manis’, dalam makna konotatif dan denotatif.
Tetapi, apakah semua masyarakat paham dengan pabrik tebu itu sendiri. Bagaimana sejarah pabrik gula itu. Siapa yang mendirikan pertama kali? Mengapa ada lori? Apa gunanya? Bagaimana cara pengolahan dari bahan baku tebu menjadi gula dari masa ke masa?
Berbagai pertanyaan ini membutuhkan media agar bisa terjawab secara komprehensif. Media yang dibutuhkan itu bernama Museum Pabrik Gula.
Di tempat wisata yang termasuk dalam kategori tempat wisata buatan ini tersimpan dan tersaji berbagai barang peninggalan yang termasuk dalam warisan budaya (cultural heritage). Berbagai barang peninggalan yang berhubungan dengan produksi gula, keberadaannya seperti seorang ‘pendongeng’ yang menceritakan kepingan mozaik dari suatu objek secara sambung menyambung. Sehingga jika penasaran dengan cerita perjalanan dari sebuah pabrik gula, pergilah ke museum. Disana akan ditemukan jawabannya.

Pabrik gula yang selama ini begitu dekat dengan kehidupan masyarakat, dalam perjalanan produksinya menyimpan banyak kisah menarik. Hal ini karena pabrik gula sendiri di Indonesia sudah mulai bermunculan pada abad ke 18 ketika program Cultuurstelsel diberlakukan. Cerita berdirinya pabrik gula mulai dari jaman baheula sampai sekarang menjadi faktor utama yang mampu mengundang banyak orang untuk berkunjung.

Dengan adanya Museum Pabrik Gula, banyak masyarakat yang akan terangkat kondisi ekonominya baik secara langsung atau karena adanya multiplier effect yang muncul. Misalnya, karena banyaknya wisatawan yang berkunjung, lambat laun akan menumbuhkan sentra-sentra industri kecil yang memproduksi aneka makanan dan pernak-pernik khas daerah.

Selain itu, konsep Museum Pabrik Gula yang digabungkan dengan pagelaran kesenian daerah seperti wayang kulit, akan bisa menumbuhkan kesadaran dan kecintaan terhadap ragam budaya. Berkaitan dengan hubungan antara wayang kulit dan pabrik gula, saya mengambil contoh PG Kebonagung Malang. Setiap kali menyambut musim giling tiba, PG Kebonangung ini mengadakan pagelaran wayang kulit. Perpaduan denyut kota modern dengan pagelaran wayang yang tradisional mampu menghadirkan harmoni yang indah, sebuah pembelajaran tentang kekayaan budaya kepada masyarakat. Acara ini selalau sukses mengundang masyarakat untuk berdatangan.

Maskapai Mandala Airlines merilis bahwa pada 2013 ini diprediksi destinasi lokal akan menjadi favorit para traveler. Ini karena ada kecenderungan para wisatawan ingin mengeksplorasi tempat wisata yang terlihat unik, otentik serta memiliki nilai historis yang tinggi. Yang menarik lagi bahwa profil wisatawan yang suka mengunjungi situs sejarah dicirikan sebagai sosok yang berpendidikan tinggi dengan pendapatan yang juga tinggi serta mau mengeluarkan uang dan belanja lebih banyak dibanding wisatawan lainnya. Ini adalah hasil riset yang dilakukan oleh Travel Industry Association and Smithsonian Magazine pada 2003. Dengan hasil penelitian ini semakin menguatkan pandangan bahwa keberadaan Museum Pabrik Gula nantinya akan sangat menguntungkan dari aspek ekonomi, sosial dan budaya.
Pertanyaan yang kemudian muncul adalah bagaimana caranya agar keberadaan museum pabrik gula bisa memberikan manfaat secara optimal baik kepada pengelola pabrik gula sendiri dan juga masyarakat luas?

Akulturasi Konsep Marketing 3 Generasi
Ibarat seorang chef yang diminta meracik bahan makanan menjadi hidangan yang lezat, maka dalam hal inipun saya melakukan hal yang sama. Untuk bisa membuat formula strategi pemasaran yang bisa memberikan sumbangsih terhadap keberhasilan promosi dari Museum Pabrik Gula, saya menggunakan bahan-bahan yang sudah tersedia dengan pengembangan yang disesuaikan dengan kondisi dan situasi yang ada. Dalam hal ini saya menggabungkan beberapa ajaran dari konsep marketing beda generasi, yakni marketing 1.0, marketing 2.0 dan marketing 3.0.

Marketing 1.0
Dalam perspektif marketing 1.0, yang menjadi fokus perhatian ada pada Product-Centric Marketing. Disini produk menjadi ‘raja’. Karena yang menjadi perhatian utama adalah produknya, maka Museum Pabrik Gula harus ditampilkan sebagai sebuah produk yang baik, valuable, dan layak untuk dijual. Untuk memenuhi standar ini, mau tidak mau Museum Pabrik Gula harus didesain dan dibangun dengan standar kualitas yang tinggi.

Kondisi fisik, desain arsitektur bangunan harus benar-benar diperhatikan. Keberadaan Museum Pabrik Gula tidak boleh dibiarkan apa adanya. Harus ada sentuhan disana-sini agar tampilannya mampu memikat para wisatawan untuk berkunjung. Aspek interior museum tidak boleh diremehkan. Pengaturan pencahayaan, konsep narasi di setiap benda bersejarah serta tata letak dari barang-barang bersejarah harus benar-benar diperhitungkan. Keberhasilan menata sisi eksterior dan interior museum menjadi salah satu faktor kunci pengunjung datang berduyun-duyun dan menghabiskan waktu yang lama tanpa terasa.

Pencitraan terhadap Museum Pabrik Gula harus dilakukan. Ini dalam rangka membentuk brand yang baik dari museum itu sendiri. Karena bagaimanapun, a brand exists in the mind of the consumer.
Idealnya, lokasi Museum Pabrik Gula harus berdekatan dengan pabriknya agar hubungan antara pengunjung dengan ‘kehidupan’ di pabrik semakin dekat. Masalahnya, selama ini lingkungan pabrik tebu diidentikkan dengan kawasan yang bising oleh antrian truk-truk pengakut tebu, macet yang tidak dapat dihindari, suhu udara panas ditambah sumbangan polusi udara dari cerobong asap pabrik tebu semakin menambah kesan ‘nggak banget kalau harus berkunjung kesana’. Penilaian ini saya dapatkan karena sekitar 10 tahun lamanya, saya setiap hari harus melewati kawasan Pabrik Gula Kebonagung yang berada di tengah kota. Jika harus memilih, dengan kondisi lingkungan pabrik yang seperti itu, maka saya memilih tidak mengunjunginya.
Ini menjadi PR bagi pihak pabrik gula untuk menata kembali dengan penataan lebih baik jika ingin ingin mendirikan Museum Pabrik Gula sebagai destinasi wisata alternatif bagi masyarakat luas.

Marketing 2.0
Nafas dari konsep marketing era 2.0 adalah customer-oriented marketing. Jika di era Marketing 1.0, produk yang dijadikan sebagai raja, maka di era 2.0 konsumenlah yang mendapat porsi perhatian terbesar. Salah satu ciri dari konsep Marketing era 2.0 adalah penggunaan teknologi tingkat tinggi (high-tech) untuk berkomunikasi dengan para customernya.

Museum Louvre yang ada di Prancis semakin dikenal oleh masyarakat luas setelah novel Da Vinci Code karya Dan Brown diluncurkan novelnya dan kemudian dibuat versi filmnya. Rasa penasaran orang untuk mengunjungi situs sejarah yang menjadi setting lokasi dari novel itu meningkat tajam.

Ubud Bali memang terkenal sejak dulu. Tapi popularitasnya semakin menanjak ketika artis peraih piala Oscar Julia Robert bermain di film Eat,Pray and Love yang juga mengambil daerah Ubud sebagai salah satu lokasi syutingnya. Film adalah salah satu menifestasi dari Digital Campaign yang memiliki pengaruh dahsyat dalam memasarkan suatu produk. Dengan jalan cerita yang bagus, para penonton tidak sadar bahwa mereka sedang diajak untuk melihat-lihat lokasi dimana jalan cerita yang ada di novel atau film terjadi. Tanpa disadari muncul kesan bagus dan akhirnya menerbitkan keinginan untuk mengunjungi tempat tersebut.

Kecanggihan fasilitas teknologi harus dimanfaatkan secara maksimal oleh pengelola Museum Pabrik Gula. Pihak pengelola bisa mengundang pekerja kreatif untuk membuat cerita fiksi atau non fiksi dengan setting utama museum gula. Yang patut diingat, karya cerita adalah salah satu alat cuci otak yang canggih. Mengena ke benak penikmat tanpa mereka menyadarinya.
Keberadaan jejaring sosial di dunia maya yang sudah akrab di kehidupan masyarakat juga harus dimanfaatkan dengan sangat baik. Berpromosi melalui fasilitas ini tergolong low cost, high impact.

Marketing 3.0
Di era Marketing 3.0 values-driven marketing adalah model yang diusung. Aktifitas bisnis tidak hanya didasarkan profit semata, tetapi ada nilai-nilai yang diperjuangkan dan ditransformasikan ke masyarakat sekitar. Semangat yang diusung dalam Marketing 3.0 ini adalah adanya upaya untuk terlibat dalam gerakan menciptakan kehidupan yang lebih baik.

Keberadaan pabrik gula di beberapa daerah, misalnya PG Kebonangung dipandang sebagai salah satu pemicu terjadinya polusi udara sekitar. Kondisi ini tentu saja sedikit banyak merugikan masyarakat yang berdiam di sekitar lokasi pabrik.
Salah satu teman saya yang tinggalnya hanya beberapa meter dari lokasi pabrik PG Kebonagung pernah mengeluhkan polusi udara dari pabrik itu yang membawa dampak buruk, misalnya pakaian yang dijemur menjadi kotor dan semakin buruk tampilannya. Adanya kejadian ini secara otomatis menambah penilaian negatif terhadap keberadaan pabrik gula tersebut. Bagaimana pabrik gula bisa dijadikan destinasi wisata andalan jika aktifitasnya mengganggu lingkungan?
Ini yang harus diperhatikan. Pihak pengelola pabrik harus mengambil tindakan tepat untuk memperkecil dampak buruk terhadap lingkungan. Berbagai upaya penyelamatan dan perlindungan terhadap lingkungan sekitar yang dilakukan pihak pabrik gula pakan mendatangkan apresiasi positif dari masyarakat. Kebijakan penyelamatan terhadap lingkungan bisa menjadi sarana promosi gratis terhadap Museum Pabrik Gula itu sendiri.

Jika produk sudah dikemas dengan sangat baik, aspek lingkungan diperhatikan, selanjutnya akan memunculkan strategi promosi mouth to mouth dengan sendirinya. Karena bagaimanapun produk yang terkemas dengan baik memang pada akhirya akan memasarkan dirinya sendiri.

Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Unspoken Thought.