Beras RASKIN Yang Dinanti

Posted by Sofi 1.20.2012 0 comments
Sebagai bagian dari ritual pengantar tidur, tadi malam saya mencomot salah satu koran yang sudah ada sejak beberapa hari yang lalu tapi belum terbaca. Baru mengamati beberapa headline, eh tanpa sengaja mata saya menangkap berita yang cukup menarik. Judulnya: Raskin Distop, Rakyat Miskin Menjerit (Jawa Pos, 25 Nov ’11). Di koran itu diberitakan kalau distribusi beras untuk rakyat miskin (Raskin) di Jawa Timur dihentikan sejak awal bulan lalu. Hal ini akibat dari adanya pelarangan penggunaan beras impor dipakai untuk jatah beras bagi rakyat miskin. Tidak sampai selesai membaca, tiba-tiba memori saya meloncat ke beberapa hari yang lalu.
***
Sore itu -sebut saja- Mbak Y, salah satu tetangga saya datang ke rumah Mbak X, yang menjadi koordinator arisan PKK kampung. Maksud kedatangannya adalah ingin meminjam beras arisan PKK, karena persediaan beras yang akan dimasak esok harinya sudah tidak ada. Tidak banyak yang beliau pinjam, hanya 4 kg saja, karena memang sejumlah itu beras yang tersedia. Biasanya mbak Y mendapat jatah raskin (di kampung populer dengan sebutan ’Beras Sembako’), tapi entah kenapa sudah beberapa hari (sesuai jadwal rutin beras sembako datang), beras bantuan pemerintah itu belum datang juga. Padahal mbak Y dan beberapa warga yang berhak menerima sudah membayarnya. Dari kantor desa juga tidak ada keterangan kapan beras sembako itu akan datang.
Saya jadi terharu. Terpaksa dan nekat. Yah, mungkin memang itu yang bisa beliau lakukan. Mengingat beras arisan PKK sebenarnya bukan untuk dipinjamkan, tapi itu menjadi jatah bagi peserta yang mendapat arisan. Tentu saja, mbak Y meminjam dengan perasaan malu dan mungkin juga nelongso.
Pekerjaannya sebagai buruh di sebuah pabrik rokok skala kecil menjadikan beliau tidak bisa menerima gaji yang cukup untuk menghidupi 3 anak dan suaminya. Suaminya? Ya, sejak beberapa tahun lalu, suaminya terkena stroke dan menyebabkan harus keluar dari tempat kerja dan sampai sekarang masih jobless. Dengan pemasukan yang pas-pasan dan tidak menentu dari statusnya sebagai buruh pabrik kecil, menjadikan kedatangan beras sembako sangatlah dinantikan. Bagaimana tidak, jika di toko untuk beras kualitas standar harus mengeluarkan sekitar 7.000 per kilonya, maka untuk beras sembako cukup 1.600 per kilo nya. Bedanya jauh bukan?.
Penampakan beras sembako cocok sekali dengan ungkapan yang sering dilontarkan orang Jawa: ’Ono rego ono rupo’ Ada harga ada kualitas. Jangan bayangkan bentuk beras sembako seperti beras bengawan dan sebangsanya. Beras sembako (seringnya) berwarna kusam, tidak utuh bentuknya dan masih banyak sisa kulit padinya. Meski kualitasnya tidak bagus, tapi bagi mbak Y dkk, beras sembako tetaplah sebuah anugerah yang ditunggu-tunggu.
***
Dalam keterangan terpisah, Kepala Bulog Divre Malang menyatakan bahwa penghentian penyaluran raskin ini dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan, dan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghormati keputusan gubernur yang menolak beras impor digunakan untuk raskin. Mencermati (secara parsial) akan keputusan gubernur tentang penghentian beras impor sepertinya benar, tapi sayangnya gubernur tidak menyiapkan langkah-langkah strategis agar penyaluran beras untuk rakyat miskin tetap berjalan. Padahal, masalah kebutuhan makan, tidak mengenal kata tunda terlalu lama. Jika perut sudah terasa lapar, harus segera makan. Misalkan hari ini perut sedang keroncongan, kemudian dijanjikan satu minggu lagi baru bisa diisi, bisakah perut sabar menanti? Ah, saya tidak dapat membayangkan betapa tersiksanya menjadi orang yang kelaparan karena tidak ada beras yang bisa dimakan.
Pikiran saya jadi menerawang kemana-mana. Ketika mbak Y dan ribuan orang miskin lainnya sedang kebingungan memikirkan beras darimana yang akan dimasak esok harinya (karena jatah beras murah dari pemerintah telah dihentikan), di bagian bumi Indonesia lainnya, tepatnya di istana Cipanas, gubernur dan sang istri sedang menghadiri sebuah acara mewah yakni pesta pernikahan putra presiden. Meski saya tidak jadi datang di event bersejarah nan megah itu, tapi saya bisa membayangkan disana pasti terhidang jamuan makan yang istimewa, yang diperuntukkan untuk dinikmati para tamu undangan, termasuk gubernur dan istrinya.
Kondisi yang sangat kontras, layaknya bumi dan langit. Disaat rakyatnya terancam kelaparan berjamaah, gubernur justru sedang menikmati jamuan makan yang (pastinya) lezat itu. Kondisi ini semakin menguatkan pandangan bahwa banyak kebijakan pemerintah yang tidak menyatu dengan kebutuhan rakyatnya karena ikatan hati (ta’liful qulub) antara pemerintah (contoh gubernur) dengan rakyatnya tidak tersambung. Bagaimana bisa tersambung jika dunia yang dirasakan gubernur dan rakyatnya adalah dunia yang berbeda. Bahkan yang sering terjadi, pemerintah lebih sering melihat permasalahan yang ada di masyarakat dari puncak menara, tidak langsung menginjak bumi, berbaur dengan masyarakatnya.
Akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan: ternyata sulit ya mengemban tugas sebagai aparat pemerintah, apapun posisinya. Tanggung jawabnya gedhe. Salah dalam mengambil kebijakan, bisa mengakibatkan ribuan orang kelaparan, dan itu sudah pasti dosa besar yang harus dipikul oleh pemerintah karena berbuat dholim kepada rakyatnya.
Kadang saya sering membayangkan, alangkah enaknya jika memiliki pemimpin yang seperti Umar bin Abdul Aziz, yang terkenal dengan kata-katanya: Jika masalah kesulitan hidup, aku orang yang pertama merasakannya. Jika menyangkut kesejahteraan, aku orang terakhir yang menikmatinya. Atau bisa juga ’Umar bin Abdul Aziz abad 21’ ini, yakni Mahmud Ahmadinejad, yang kehidupannya sangatlah sederhana sekali sebagai seorang kepala negara dibanding para pemimpin negara lainnya. Sampai saat ini, itu hanyalah bayangan, bukan realita. Entah kapan, angan-angan itu menjadi nyata.
***
Sampai tulisan ini selesai dibuat, saya yakin mbak Y masih berharap bahwa beras raskin akan turun. Beliau tidak tahu bahwa gubernur Jatim telah mengeluarkan SK tentang penghentian beras raskin itu. Sepertinya ini adalah berita penting untuk mbak Y dan beberapa tetangga saya lainnya yang tercatat sebagai penerima beras sembako, tapi rasa-rasanya saya tidak tega untuk menyampaikan hal ini kepada mereka.

p.s: Pernah di upload di fb pada December 3,2011
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Beras RASKIN Yang Dinanti
Ditulis oleh Sofi
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke http://sofimahfudz.blogspot.com/2012/01/beras-raskin-yang-dinanti.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 comments:

Posting Komentar

Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Unspoken Thought.