Potret Pergantian Tahun Ini

Posted by Sofi 12.31.2012 0 comments
Meninggalnya salah satu tetangga di sore menjelang pergantian tahun Masehi tadi membawa ‘keuntungan’ tersendiri.
Lho? Lho?
Kok gitu sih?
Kejam banget nih pernyataannya!
Hehehe.
Mungkin ada reaksi seperti itu dari teman-teman baca kalimat pembuka tulisan ini. Tapi memang benar, menjelang Maghrib, 31 Desember 2012, salah satu tetangga saya kembali ke haribaan-Nya.

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun. Allahummaghfirlaha warkhamha wa’fuanha.

Lha terus, bukannya berduka ada tetangga meninggal, kok malah beryukur? Jadi begini, yang pengen saya bicarakan bukan pada kabar dukanya. Saya bisa merasakan kesedihan keluarga yang ditinggalkan, karena saya juga pernah mengalami hal yang sama.

Yang ingin saya angkat adalah adanya hikmah yang dihadirkan atas skenario Allah memanggil tetangga saya tepat menjelang pergantian tahun.

Kampung saya yang menjadi bagian dari kehidupan saya sejak beberapa tahun lalu bernama Jalan Kauman. Orang-orang sering mem-plesetkan nama itu menjadi: Kampungnya Orang Beriman. Sebuah plesetan kata yang mengandung doa. Semoga bisa jadi nyata adanya. Aamiin.
Tapi sayangnya, arti nama jalan kampung yang elok masih belum bisa menggambarkan keelokan perangai para penghuninya. Ada satu ‘tradisi’ yang sering dilakukan oleh beberapa orang penduduk kampung di saat pergantian tahun.
Berkumpul di Pos Kamling dan membuat sebuah majlis untuk begadang semalaman. Apa yang dilakukan?
Pesta Tengah Malam.
Biasanya selepas matahari tenggelam, berbagai persiapan telah dilakukan. Beberapa perlengkapan sound system di pasang untuk memfasilitasi orang-orang yang ingin nyanyi secara live atau cukup mendengarkan suara penyanyi dari kaset yang sudah disediakan.

Pos Kamling yang ada di ujung jalan itu seolah-olah berubah fungsi menjadi ruang karaoke terbuka semalam suntuk. Suaranya yang di setting keras terdengar hampir di seantero kampung unyil ini. Tentu saja, ada hidangan khas untuk menemani aksi itu: Beberapa botol miras.

Begitu menjelang detik-detik pergantian tahun, bukan terompet yang ditiup, tapi parade suara dari knalpot sepeda yang di geber dengan suaranya yang wow! Beramai-ramai pula. Sungguh! Its voice make our ears Cumpleng! Do you know Cumpleng? :D

Bayangkan, tengah malam, saatnya bagi banyak orang untuk beristirahat dengan tenang, tapi justru harus terganggu dengan suara-suara itu. Maka tidak heran jika setiap acara pergantian tahun yang diisi dengan aksi seperti itu, menghadirkan banyak keluhan, sumpah serapah dari beberapa warga lainnya yang terucap baik terang-terangan maupun dengan diam-diam.
Itu terjadi di pergantian tahun di tahun-tahun sebelumnya.

Malam ini, tidak ada aksi seperti itu. Tidak ada pesta. Tidak ada suara knalpot sepeda layaknya di sirkuit. Tidak ada suara orang nyanyi-nyanyi tidak jelas di kesunyian malam.

Karena suasana duka lebih terasa daripada suasana menyambut pergantian tahun baru. Beberapa warga kampung sedang melek’an (begadang) di rumah duka karena jenazah baru akan dikebumikan keesokan harinya.
Situasi ini membuat warga lainnya bisa beristirahat dengan tenang. Alhamdulillah...

Ini cerita versi saya. How 'bout u? ^_^

Baca Selengkapnya ....

Hello...^_^

Posted by Sofi 1.27.2012 7 comments

Terima kasih ya sudah berkenan mampir di 'rumah' saya

Blog ini berisi beberapa uneg-uneg saya yang tidak tersampaikan secara lisan. Meski dengan konsep tema tulisan yang 'mix and match' , tapi semoga rasanya tetap segar untuk dinikmati kaya minum es campur di siang hari.

Ada beberapa tulisan yang akan masuk dalam label 'Ode From My Family' yang berisi kepingan kenangan bersama keluarga: (Alm) bapak, ibu dan saudara2 saya. Apa-apa yang terjadi selama bersama mereka sampai saat ini, saya anggap sebagai syair kehidupan yang indah untuk dituliskan.

Apapun yang dibaca, semoga ada manfaatnya ya.

Jangan lupa untuk meninggalkan jejaknya. Bisa di kolom komentar (Berupa kritik&saran) atau cukup click! kotak penilaian yang ada di bawah artikel. Oke?
Tujuannya biar saya bisa mengetahui siapa pengunjungnya dan siapa tahu ntar ada hadiah doorprize buat para pengunjung yang beruntung, hehe.

Finally, happy reading...^_^


p.s: Gambar saya dapat dr carolineazouz.wordpress.com/

Baca Selengkapnya ....

Beras RASKIN Yang Dinanti

Posted by Sofi 1.20.2012 0 comments
Sebagai bagian dari ritual pengantar tidur, tadi malam saya mencomot salah satu koran yang sudah ada sejak beberapa hari yang lalu tapi belum terbaca. Baru mengamati beberapa headline, eh tanpa sengaja mata saya menangkap berita yang cukup menarik. Judulnya: Raskin Distop, Rakyat Miskin Menjerit (Jawa Pos, 25 Nov ’11). Di koran itu diberitakan kalau distribusi beras untuk rakyat miskin (Raskin) di Jawa Timur dihentikan sejak awal bulan lalu. Hal ini akibat dari adanya pelarangan penggunaan beras impor dipakai untuk jatah beras bagi rakyat miskin. Tidak sampai selesai membaca, tiba-tiba memori saya meloncat ke beberapa hari yang lalu.
***
Sore itu -sebut saja- Mbak Y, salah satu tetangga saya datang ke rumah Mbak X, yang menjadi koordinator arisan PKK kampung. Maksud kedatangannya adalah ingin meminjam beras arisan PKK, karena persediaan beras yang akan dimasak esok harinya sudah tidak ada. Tidak banyak yang beliau pinjam, hanya 4 kg saja, karena memang sejumlah itu beras yang tersedia. Biasanya mbak Y mendapat jatah raskin (di kampung populer dengan sebutan ’Beras Sembako’), tapi entah kenapa sudah beberapa hari (sesuai jadwal rutin beras sembako datang), beras bantuan pemerintah itu belum datang juga. Padahal mbak Y dan beberapa warga yang berhak menerima sudah membayarnya. Dari kantor desa juga tidak ada keterangan kapan beras sembako itu akan datang.
Saya jadi terharu. Terpaksa dan nekat. Yah, mungkin memang itu yang bisa beliau lakukan. Mengingat beras arisan PKK sebenarnya bukan untuk dipinjamkan, tapi itu menjadi jatah bagi peserta yang mendapat arisan. Tentu saja, mbak Y meminjam dengan perasaan malu dan mungkin juga nelongso.
Pekerjaannya sebagai buruh di sebuah pabrik rokok skala kecil menjadikan beliau tidak bisa menerima gaji yang cukup untuk menghidupi 3 anak dan suaminya. Suaminya? Ya, sejak beberapa tahun lalu, suaminya terkena stroke dan menyebabkan harus keluar dari tempat kerja dan sampai sekarang masih jobless. Dengan pemasukan yang pas-pasan dan tidak menentu dari statusnya sebagai buruh pabrik kecil, menjadikan kedatangan beras sembako sangatlah dinantikan. Bagaimana tidak, jika di toko untuk beras kualitas standar harus mengeluarkan sekitar 7.000 per kilonya, maka untuk beras sembako cukup 1.600 per kilo nya. Bedanya jauh bukan?.
Penampakan beras sembako cocok sekali dengan ungkapan yang sering dilontarkan orang Jawa: ’Ono rego ono rupo’ Ada harga ada kualitas. Jangan bayangkan bentuk beras sembako seperti beras bengawan dan sebangsanya. Beras sembako (seringnya) berwarna kusam, tidak utuh bentuknya dan masih banyak sisa kulit padinya. Meski kualitasnya tidak bagus, tapi bagi mbak Y dkk, beras sembako tetaplah sebuah anugerah yang ditunggu-tunggu.
***
Dalam keterangan terpisah, Kepala Bulog Divre Malang menyatakan bahwa penghentian penyaluran raskin ini dilakukan sampai batas waktu yang belum ditentukan, dan ini dilakukan sebagai upaya untuk menghormati keputusan gubernur yang menolak beras impor digunakan untuk raskin. Mencermati (secara parsial) akan keputusan gubernur tentang penghentian beras impor sepertinya benar, tapi sayangnya gubernur tidak menyiapkan langkah-langkah strategis agar penyaluran beras untuk rakyat miskin tetap berjalan. Padahal, masalah kebutuhan makan, tidak mengenal kata tunda terlalu lama. Jika perut sudah terasa lapar, harus segera makan. Misalkan hari ini perut sedang keroncongan, kemudian dijanjikan satu minggu lagi baru bisa diisi, bisakah perut sabar menanti? Ah, saya tidak dapat membayangkan betapa tersiksanya menjadi orang yang kelaparan karena tidak ada beras yang bisa dimakan.
Pikiran saya jadi menerawang kemana-mana. Ketika mbak Y dan ribuan orang miskin lainnya sedang kebingungan memikirkan beras darimana yang akan dimasak esok harinya (karena jatah beras murah dari pemerintah telah dihentikan), di bagian bumi Indonesia lainnya, tepatnya di istana Cipanas, gubernur dan sang istri sedang menghadiri sebuah acara mewah yakni pesta pernikahan putra presiden. Meski saya tidak jadi datang di event bersejarah nan megah itu, tapi saya bisa membayangkan disana pasti terhidang jamuan makan yang istimewa, yang diperuntukkan untuk dinikmati para tamu undangan, termasuk gubernur dan istrinya.
Kondisi yang sangat kontras, layaknya bumi dan langit. Disaat rakyatnya terancam kelaparan berjamaah, gubernur justru sedang menikmati jamuan makan yang (pastinya) lezat itu. Kondisi ini semakin menguatkan pandangan bahwa banyak kebijakan pemerintah yang tidak menyatu dengan kebutuhan rakyatnya karena ikatan hati (ta’liful qulub) antara pemerintah (contoh gubernur) dengan rakyatnya tidak tersambung. Bagaimana bisa tersambung jika dunia yang dirasakan gubernur dan rakyatnya adalah dunia yang berbeda. Bahkan yang sering terjadi, pemerintah lebih sering melihat permasalahan yang ada di masyarakat dari puncak menara, tidak langsung menginjak bumi, berbaur dengan masyarakatnya.
Akhirnya saya sampai pada sebuah kesimpulan: ternyata sulit ya mengemban tugas sebagai aparat pemerintah, apapun posisinya. Tanggung jawabnya gedhe. Salah dalam mengambil kebijakan, bisa mengakibatkan ribuan orang kelaparan, dan itu sudah pasti dosa besar yang harus dipikul oleh pemerintah karena berbuat dholim kepada rakyatnya.
Kadang saya sering membayangkan, alangkah enaknya jika memiliki pemimpin yang seperti Umar bin Abdul Aziz, yang terkenal dengan kata-katanya: Jika masalah kesulitan hidup, aku orang yang pertama merasakannya. Jika menyangkut kesejahteraan, aku orang terakhir yang menikmatinya. Atau bisa juga ’Umar bin Abdul Aziz abad 21’ ini, yakni Mahmud Ahmadinejad, yang kehidupannya sangatlah sederhana sekali sebagai seorang kepala negara dibanding para pemimpin negara lainnya. Sampai saat ini, itu hanyalah bayangan, bukan realita. Entah kapan, angan-angan itu menjadi nyata.
***
Sampai tulisan ini selesai dibuat, saya yakin mbak Y masih berharap bahwa beras raskin akan turun. Beliau tidak tahu bahwa gubernur Jatim telah mengeluarkan SK tentang penghentian beras raskin itu. Sepertinya ini adalah berita penting untuk mbak Y dan beberapa tetangga saya lainnya yang tercatat sebagai penerima beras sembako, tapi rasa-rasanya saya tidak tega untuk menyampaikan hal ini kepada mereka.

p.s: Pernah di upload di fb pada December 3,2011

Baca Selengkapnya ....

Ingin Masuk Neraka pun Butuh Strategi!

Posted by Sofi 0 comments
Secara tak sengaja, beberapa hari yang lalu saya mendengar percakapan ibu-ibu kampung. Biasaa…Forum warga. Sekedar untuk tidak menyebutnya sebagai ajang ngrumpi. Bener, saya cuma mendengar saja, lebih tepatnya menguping, tak ikut-ikutan sumbang suara…:)

Inilah cuplikannya:

Ibu A: "Nanti kalo si Rio masuk SMA, adiknya Rani masuk SMP. Duit lagi, bareng-bareng" (dengan nada menggerutu).

Ibu B: "Lho itu masih lumayan. Cucuku 3-3nya malah. Salsa kelas 6 SD, masnya Andi mau masuk SMA. Budi pas lulus SMA, dan ibunya juga harus menyiapkan uang untuk daftar jadi p*lisi. Ga sedikit uang yang harus disiapkan biar bisa lolos".

Ibu A: "Memange berapa?"

Ibu B: "Looh nggite. Banyak yo. Anaknya pak (sensor) yang baru masuk p*lisi, jual sawah itu"…

Saya jadi mikir, inikah yang dimaksud dengan pesen kavling di neraka jauh-jauh hari?

Beberapa waktu lalu, kakak saya juga cerita tentang teman kantornya yang bilang bahwa dia (teman kantor) tidak mampu membiayai uang pelicin (yang jumlahnya besar) yang harus disetor waktu anaknya mengikuti test pegawai disebuah instansi pemerintah. Tidak jadi menyuap bukan karena prinsip bahwa menyuap tidak boleh, tapi karena nominalnya yang tidak terjangkau. Apalah daya…

Sadar atau tidak, suap menyuap telah menghiasi berbagai aktifitas di masyarakat. Suap-menyuap juga yang menjadi salah satu factor lingkaran setan (vicious circle) yang ada di negeri ini tidak mudah terputus. Tidak tau mana ujung mana pangkal.

Suap-Menyuap telah bermetamorfosa menjadi beraneka istilah. Ada yang menyebutnya sebagai uang pelicin, feedback, uang rokok, uang terima kasih, kickback, syukuran, dan bahkan ada yang mengemasnya menjadi zakat kampanye. Zakat yang diberikan sewaktu ada kampanye pemilihan kepala daerah atau calon anggota legislatif, dan ini pernah terjadi. Hasilnya? Banyak yang memberikan dukungan.

Kalau berita ini benar, maka alangkah cerdiknya cara orang itu masuk neraka. Zakat disulap jadi suap. Dikira Tuhan akan begitu mudah untuk dikibuli. Kalau memang acara bagi-bagi zakat murni untuk ibadah, seharusnya pelaksanaannya tidak berdekatan dengan acara kampanye, biar niatnya tidak terkontaminasi. Atau kalau memang bener-bener segera ingin mengeluarkan zakat, lebih baik mencari penerima zakat yang berada diluar daerah coblosan.

Saya salut untuk mereka yang bener-bener menolak untuk tidak melakukan suap dalam bentuk apapun, berapapun nominalnya. Maka saya jadi terharu ketika mendengar cerita ada seorang suami yang istrinya ditawari untuk diangkat menjadi CPNS asalkan membayar beberapa juta (yang sebenarnya bisa dengan mudah disediakan oleh suaminya), dan sang suami pun berkata: ‘Jangankan harus bayar puluhan juta dik, disuruh bayar 1000 rupiah pun aku tak mau!!’.

Itulah prinsip yang harus dipertahankan, karena bagaimana pun, Yang Disuap dan Yang Menyuap Sama-Sama Masuk Neraka!

*1. Gambar saya ambil dari: http://theorangestrawberry.blogspot.com/

2. Pernah di upload di fb pada July 6, 2011


Baca Selengkapnya ....

Antara Wanita Karir dan Ibu Rumah Tangga

Posted by Sofi 3 comments

Perlu ide bisnis?. Bukalah bisnis penitipan bayi (day care) dan penyedia pengasuh anak (baby sitter). Inilah peluang usaha yang consumer demand nya akan terus mengalami kenaikan. Kok bisa?. Bisa dong, karena pasar menghendaki demikian. Kecuali, terjadi perubahan sudut pandang tentang wanita karir dan ibu rumah tangga.

Di tahun 1980an, usaha ini masih bisa dibilang sangat jarang, tapi sekarang jumlahnya semakin banyak. Mengapa? Karena semakin banyaknya perempuan yang memilih menjadi wanita karir.

Adanya propaganda besar-besaran tentang kebebasan perempuan, persamaan jender, aktualisasi diri, secara langsung atau tidak telah menyebabkan banyak perempuan memilih bekerja di luar rumah dengan segala konsekuensinya. Salah satunya dengan menyerahkan pengasuhan anak yang masih kecil kepada orang lain, dengan alasan profesionalitas. Dengan membayar sejumlah uang, mereka akan ‘terbebas’ dari mengasuh anak (biasanya) mulai pagi sampai sore.

Adakah yang salah dengan memilih menjadi wanita karir?. Tidak, selama para wanita karir yang sudah memiliki anak, tidak mengesampingkan peran sebagai seorang ibu. Para ibu yang bekerja (working mom) bisa menganalisis secara cermat antara kepentingan kerja dan kesempatan mendidik buah hati. Anak-anak, apalagi yang masih kecil, membutuhkan kehadiran ibunya secara penuh disisinya sepanjang waktu. Nah kalau selama sekian jam dalam setiap hari si anak berada dalam pengawasan orang lain, yang tidak diketahui secara jelas wawasan dan idealismenya, bukankah ini akan berakibat fatal bagi pembentukan karakter anak.

Banyak pemandangan aneh tapi dianggap lazim, yakni wanita karir yang giat bekerja untuk membiayai orang lain mengasuh anak mereka. Kalau sudah begini, siapa mempekerjakan siapa. Apakah sang majikan yang menggaji pengasuh untuk menjaga anaknya, atau justru para pengasuh anak yang ‘mempekerjakan’ tuannya. Dalam bahasa kasarnya ‘Ibu bekerja saja, biar anak ibu (bermain) bersama saya’. Tidak jarang, karena kedekatan anak-pengasuh mengalahkan kedekatan anak-ibu, yang terjadi banyak anak majikan menjadi anak pembantu. Harga yang sangat mahal yang harus dibayar untuk sebuah ambisi pengejaran karir.

Banyak ahli yang menganjurkan para kaum ibu untuk memilih menjadi ibu rumah tangga, jika bukan karena alasan keterpaksaan yang mengharuskan mereka bekerja diluar rumah, misalnya karena menjadi single parent.

Mari kita menilai sosok ibu rumah tangga dari perspektif yang indah. Ibu rumah tangga adalah seorang ‘home worker’ yang posisinya tidak lebih rendah dari ‘office worker’. Bedanya, office worker dapat gaji bulanan, tapi anak dititipkan. Sedangkan home worker, tidak dapat gaji bulanan, tetapi mereka akan menuai hasil dari investasi waktu dan tenaga, yakni ketika anak-anak mereka telah menjadi orang sukses sesuai dengan yang diharapkan. Menjadi home worker adalah panggilan jiwa dan tidak perlu minder untuk mengatakan: I’m a professional home worker.

Menjadi ibu rumah tangga bisa bermakna tersedianya waktu yang banyak untuk mendidik dan membesarkan anak-anaknya. Itulah mengapa, para istri tidak wajib bekerja, selama suami masih bisa menafkahinya.

Menjadi ibu rumah tangga bukanlah pekerjaan remeh dan ringan. Dibutuhkan skill dan pengetahuan yang luas untuk bisa mendidik anak-anaknya agar menjadi generasi masa depan yang membanggakan. Jika menjadi wanita karir hanya dilatarbelakangi oleh alasan yang tidak begitu penting, misalnya karena prestige, maka beralih menjadi ibu rumah tangga menjadi prioritas utama. Karena bagaimanapun, surga terletak dibawah telapak kaki ibu, bukan wanita karir.

Di penghujung bulan Februari 2011.


Baca Selengkapnya ....

Kisah Kotho'an Welut Yang Gagal

Posted by Sofi 1.19.2012 0 comments
Ini adalah sebuah kisah nyata.

Ditempatku, perkampungan kecil disebuah desa, setiap hari tertentu ada pertemuan rutin antar warga. Tempatnya berganti-ganti sesuai dengan gilirannya. Nah Minggu kemarin, yang mendapat jadwal tempat pertemuan adalah rumahnya –sebut saja- pak X. Jauh-jauh hari sebelumnya, Pak X ini sudah woro-woro ke para tetangga, kalo ditempatnya nanti akan dijamu, salah satunya dengan menu spesial: Kotho’an Welut.

Do U know Kotho’an Welut?

Kotho’an Welut ini terbuat dari bahan yakni welut (Belut) yang di iris kecil2, dimasak dengan kuah santan yang kental plus rasanya –biasanya- pedass..dass..dassss dikasih taburan daun kemangi. Pokoknya mantap deh. Kotho’an welut ini merupakan salah satu jenis makanan spesial ditempat kami.

Singkat cerita, kabar tentang rencana ini sudah menyebar ke beberapa tetangga, mulai pak RT, sampe bapak2 yang sedang bekerja disawah pun mengetahuinya. Saatnya hari H tiba, Pak X udah pesen ke seorang penjual belut dengan kuantitas yang lumayan banyak, 5 kg. Sayangnya, sang istri yang bekerja di sebuah perusahaan, enggan cuti untuk mempersiapkan masakan ini dan lebih memilih masuk kerja. Padahal masakan itu harus dihidangkan sore harinya. Yah mau gimana lagi, karena sang koki ga mau mengolah, sedangkan belut pesenan udah datang dan sdh dikasih abu lagi, siap dimasak, akhirnya biar ga rugi, belut itu dijual lagi ke para tetangga.

Pas pertemuan, bukan menu kotho’an Welut yang muncul, tapi camilan ringan. Padahal banyak orang sudah membayangkan akan menikmati makanan enak nan lezat sebagaimana yang di gembar-gemborkan sang tuan rumah. Ada yang iseng tanya:

Lho Pak, kotho’an welut e endi? (Lho Pak, Kotho’an Belutnya mana?)”

Welut e tasek ocol (Belutnya masih lepas,belum ketangkap). Jawab pak X dengan raut muka malu. Selanjutnya bisa ditebak, kegagalan menghidangkan menu ini menjadi topic di majlis ngrumpi para warga.

***

Apa maksud dari ditulisnya cerita ini?. Meski mengambil cerita tentang kotho’an welut yang gagal, sebenarnya bidikan utama saya bukan itu. Inti yang ingin saya sampaikan adalah:

Jangan gembar-gembor tentang sebuah rencana atau sesuatu yang belum pasti terjadi.

Ketika kita memiliki sebuah planning ataupun akan memperoleh rizki yang belum nyampe ke tangan, lebih baik disimpan sendiri. Biarlah hanya Allah dan kita yang tau. Karena ketika kita sudah woro-woro kesana kemari, ternyata apa yang menjadi kenyataan tidak sesuai dengan yang disebarkan, resiko minimal yang ditanggung adalah malu. Dan biasanya sudah gagal, dicecar pertanyaan pula. Saya tidak menafikan bahwa sebagai manusia, kita perlu teman untuk sharing. Maka yang bisa saya sarankan adalah, pilihlah orang-orang terpercaya untuk mendengarkan cerita anda.

Pernah, suatu hari saya mendapat pesanan barang yang lumayan banyak, untuk dikirim ke pulau seberang. Wow.. masa depan bisnis cerah terpampang di depan mata. Berita tentang pemesanan ini tentu membuat saya gembira sekali, karena menghitung berapa keuntungan yang akan saya peroleh jika barang sudah berhasil dikirim. Kabar baik ini saya kabarkan ke keluarga dan beberapa tetangga. Berbagai persiapan pun dilakukan, dan dalam bayangan saya, pesanan ini akan lancar, mulus dan tanpa hambatan. Ternyata......

Saya tertipu. Pesanan itu adalah pesanan fiktif.

Astaghfirullahal adzim...

Allah sedang menempa saya untuk menjadi pribadi yang tangguh. Mengajarkan tentang cara bersikap lapang dada atas setiap peristiwa yang tidak meng-enak-kan hati. Allah sedang mengingatkan saya untuk tidak sombong, karena dalam proses mengabarkan berita baik ini ke orang lain, siapa yang bisa menjamin bahwa saat itu tidak ada terselip rasa bangga terhadap diri sendiri di dalam hati?

Jika kita memiliki rencana, tentu kita membutuhkan dukungan dari orang-orang disekeliling kita. Dukungan lewat doa yang paling kita butuhkan. Maka alangkah baiknya, ketika kita punya hajat dan kemudian ada orang lain yang bertanya secara spesifik tentang rencana itu, cukuplah dijawab,”Mohon doanya saja, saya belum bisa mengabarkan masalah ini”. Kalo yang diminta doa orangnya tulus, mereka akan mendoakan rencana kita dengan tulus pula, tanpa harus menuntut keterangan secara jelas dan gamblang. Bolehlah, jika suatu saat kita memilih untuk tidak bersikap terbuka kepada orang lain, terutama menyangkut rencana kita kedepannya atau katakanlah impian kita. Ini adalah pendapat subyektif saya, bagaimana dengan anda?

* Pernah nongol di fb pada October 15, 2010
* Gambar di copy dr: benpintermasak.blogspot.com. Sebenarnya ga begitu pas antara gambar dan jenis masakan yang dimaksud, tapi sepertinya gambar ini yg paling bisa mewakili seperti apa 'kothoan welut' itu...^^


Baca Selengkapnya ....

Cara Bersyukur a la Miss Universe 2011

Posted by Sofi 1 comments
Mungkin, mahkota ratu kecantikan sejagat tidak akan pernah ada di kepala Laila Lopez jika syarat untuk dikatakan cantik itu adalah berkulit putih!

Ya, terpilihnya gadis Angola sebagai Miss Universe pada 2011 ini, semakin menguatkan pandangan bahwa kecantikan tidak dilihat dari apa warna kulitmu, tapi lebih pada kecantikan yang terpancar dari hati, cara berpikir, dan tingkah laku. Inilah yang kemudian terangkum dalam sebuah kata inner beauty.

Ketika salah satu dewan juri memberikan pertanyaan final kepada Laila, jika dia diberi kesempatan bisa mengubah karakter fisik, apa yang akan diubah?.
Saya, yang waktu itu juga menonton acara final Miss Universe 2011, dalam hati berkata, jika saya yang mendapat pertanyaan seperti itu, akan saya katakan bahwa warna kulitlah yang akan saya ubah, agar menjadi putih. Secara, warna kulit saya sebelas-duabelas dengan warna kulit ratu kecantikan itu.

Yang kemudian membuat saya tersentak adalah jawabannya: Thank God. I'm very satisfied with the way God created me and I wouldn't change a thing.
Keren!. Jawaban yang polos dan apa adanya. Seketika saya merasa malu, bagaimana bisa saya tidak memiliki rasa terima kasih kepada Sang Pencipta atas anugerah kulit eksotik ini, meski rasa tidak bersyukur itu hanya terucap dalam hati. Dalam hal ini, saya harus belajar dari Laila.

Poin penting:
Terlepas dari pandangan tentang 'tujuan terselubung' dari penyelenggaraan kontes ini, masih ada pelajaran berharga yang bisa kita dapatkan darinya.

p.s:
1. Tulisan ini pernah saya upload di fb pada 20 Oktober 2011

2. Gambar di ambil dari detikfoto.com


Baca Selengkapnya ....

Tema Jagongan Kali Ini Menarik

Posted by Sofi 1.16.2012 0 comments
Jagongan (bahasa jawa) adalah istilah untuk menyebut acara ngobrol bareng yang terkesan santai dengan topik bahasan yang ringan-ringan saja. Jagongan yang berkualitas adalah jagongan yang bisa memberikan manfaat bagi yang hadir.Beberapa hari yang lalu, untuk kesekian kalinya, saya dapat kesempatan untuk ikut njagong bersama beberapa orang anggota keluarga, sekaligus reuni kecil-kecilan. Dari sekian banyak bahan pembicaraan yang dilontarkan, ada satu hal yang menurut saya sangat menarik. Mimpi.

Di awali dari cerita salah satu saudara, bahwa malam sebelumnya beliau ini bermimpi melihat kedua orang tuanya, dimana salah satunya sudah meninggal (Allahummaghfirlahu) melakukan sholat berjamaah dan di imami oleh salah satu putranya. Entah apa arti dari mimpi ini, tapi semoga mimpi yang baik ini memiliki makna yang baik pula.

Kemudian, ada lagi peserta jagongan yang cerita:Ada salah satu tetangganya yang sudah meninggal (yang dulunya berprofesi sebagai seorang dukun) hadir dalam mimpi sang istri. Dalam mimpinya, si istri ini mendengar teriakan suaminya:

Lapaaaaarrr...hauss...lapaaarrr..hausss.... secara terus menerus.

Kami bertanya-tanya, apa makna mimpi itu?. Salah satu ustad yang turut hadir mengatakan:

Orang yang menjaga sholatnya, InsyaAllah tidak akan merasakan haus dan lapar di alam kuburnya.

Singkat saja penjelasannya, dan itu sudah cukup membuat kami terdiam dan merenung....

Baca Selengkapnya ....
Tutorial SEO dan Blog support Online Shop Tas Wanita - Original design by Bamz | Copyright of Unspoken Thought.